Home » , , » Olimpiade Taqwa bagian 1

Olimpiade Taqwa bagian 1




 Alhamdulillah, Ramadhan 1437 sudah didepan mata, seberapa jauh persiapan kita? 
Karena Ramadhan ibarat Olimpiade, Lihat olimpiade ajang olah raga empat tahunan, Olimpiade Matematika, Olimpiade Sain dan seterusnya. Setiap peserta pasti berlatih semaksimal mungkin.

Setiap kita (muslim) adalah PESERTA Olimpiade pada bulan Ramadhan untuk meraih gelat TAQWA. Sudahkah kita berlatih sebelum bertanding di dalamnya?

Posting kali ini saya bagikan materi menyambut Rammadhan oleh ustadz Nuzul Dzikri sebagai materi di group BIAS ( bimbinganislam.com ). Saya sertakan pula link videonya bagi yang ingin memperdalam kajiannya atau mendownloadnya.

untuk berjumpa dan berlaga di Bulan yang Mulia.


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ للَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن سرى على نهده باحسن إلى يوم الدين. وبعد:

Tidak ada kata yang pantas untuk kita ucapkan kecuali kata demi kata yang kita bingkai dalam rangka bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla atas segala nikmat dan karunia yang Allāh limpahkan kepada kita.
Berikutnya shalawat dan salam, semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam beserta keluarga beliau, para sahabat beliau dan orang–orang yang istiqamah berjalan di bawah naungan sunnah beliau sampai hari kiamat kelak. 

Insya Allah, tamu itu akan datang. Ramadhan sudah bersiap untuk mengetuk pintu kehidupan kita dan menemani derap langkah kita.
Apa yang harus kita persiapkan? Tahukah kita?
Pengalaman kita bertemu Ramadhan bertahun-tahun itu bisa menjadi bumerang.
Ada sebuah kaedah yang dijelaskan oleh para ulama kita:
"Seringnya berinteraksi itu bisa mematikan sensitifitas."
Seringnya berinteraksi itu membuat kita tidak sensitif lagi, biasa-biasa saja.
Misalnya kita pindah rumah ke dekat atau di samping pembuangan sampah. Mungkin begitu keluar pintu mobil, mual mungkin muntah, itu hari pertama. Hari kedua paling pusing-pusing, hari ketiga pusing udah enakan, hari ketujuh udah bisa jogging di keliling tong sampah.
Lalu kita balik lagi ke rumah kita yang lama, begitu buka pintu mobil menghirup hawa rumah kita yang lama, itu mungkin ada yang hilang dalam hidup kita, aroma terapi itu yang tidak kita cium lagi.
Yang menjadi masalah ini jika terjadi dalam hal ibadah.
Saya pengalaman jika mengantar jama’ah umrah, itu  khususnya yang baru pertama kali umroh.
Sampai masjidil Haram dan melihat ka’bah pertama kali, nangis, luar biasa.  Tapi kita bisa paham, karena untuk pertama kali. Dan kadang-kadang, ada yang hari pertama tidak mau pulang ke hotel, i’tikaf, tidak mau pulang, doa, dzikir, shalat-shalat sunnah.
Hari kedua sudah mau diajak pulang ke hotel, hari ketiga keempat mulai berimbang antara hotel dan masjid, hari ketujuh, tawafnya sudah pindah di Zam-zam Tower.
Kenapa beda antara hari pertama dan hari ketujuh?
Karena sudah merasa biasa. Seringnya berinteraksi bisa membunuh sensitivitas dan bahayanya kalau itu terjadi dengan Ramadhan.
Karena merasa sudah sering ketemu Ramadhan, maka jadi biasa, seperti fenomena tahunan saja.
Inilah yang bahaya.
Dan yang lebih bahaya lagi, banyak diantara umat Islam yang melihat Ramadhan dari satu sisi saja.
Jika kita dengar Ramadhan yang terbersit di benak kita apa sih?
Bulan ampunan, bulan penuh rahmat, bulan penuh berkah.
Tapi tahukah kita, bahwa Ramadhan, jika tidak kita sikapi dengan benar, maka bisa menjadi mimpi buruk bagi kita pada hari kiamat. Ramadhan bisa menjadi kuburan bagi kita pada hari kiamat.

Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam hadits shahih:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ
“Celaka seseorang."
Allāhu akbar, manusia sebaik Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam, semulia akhlak beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam, sampai mengatakan, “Celaka seseorang."
Beliau, ketika dizhalimi beliau mendoakan:
اللٰهُمَّ اغْفْرْ لِقَوْمٍيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ ((متفق عليه))
“Ya Allah, maafkanlah kesalahan kaumku, bisa jadi mereka tidak tahu.”
Itu ketika terluka.
Coba kita bandingkan dengan hadits ini, “Celaka seseorang.”
Ini menimbulkan tanda tanya besar di benak kita, ini orang salah apasih? Kok bisa Nabi terpaksa memvonis.
Mari kita simak lanjutan hadits tersebut:
دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Yaitu seseorang yang memasuki Ramadhan, lalu dia lalui hari-harinya di bulan Ramadhan, sampai Ramadhan berpisah dengannya dan dosanya belum diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(HR Tirmidzi nomor 3468, versi Maktabatu al Maarif nomor 3545)
~~> Celaka dia, celaka dia, celaka dia.

Allāhu Akbar.
Ramadhan, bulan dimana kata Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam, pintu surga dibuka selebar-lebarnya, sebagai simbol seluruh akses dan sarana beribadah dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Lalu anda tidak shalat, tidak puasa, tidak terawih, tidak membaca Qurān, tidak tahajud, tidak infak/sedekah? Keterlaluan orang tersebut.
Semua akses dimudahkan, atsmofir, lingkungan, rumah, kantor atmosfirnya ibadah jika Ramadhan. Semua lingkungan mendukung. Jika anda tidak shalat, tidak punya waktu untuk terawih, anda ngobrol-ngobrol sama teman-teman ?
Ramadhan, di mana pintu neraka ditutup rapat-rapat sebagaimana hadits yang shahih, dan gembong-gembong syetan dibelenggu oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Lalu anda bermaksiat? Anda masih clubbing? Anda hang-out pulang jam 2 malam? Keterlaluan.
“Celaka dia, celaka dia, celaka dia,” kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
Nabi tidak pernah mengatakan, “Barangsiapa yang berpisah dengan Sya’ban dan dosa-dosanya belum diampuni, maka celaka.” Tidak ada.
Hanya Ramadhan, “Barangsiapa, yang masuk Ramadhan, lalu keluar dari Ramadhan dan dosa-dosanya belum diampuni oleh Allah, celaka dia, celaka dia, celaka dia.”
Ini yang kadang-kadang dilupakan oleh banyak umat Islam
Banyak dari kita berfikir bahwa Ramadhan itu nothing to lose, artinya ya sudah dijalani saja, kalaupun tidak ibadah kan kosong-kosong.
Tidak demikian, jika kita tidak memanfaatkan tamu ini, maka habis kita pada hari kiamat, Nabi mengatakan kita celaka. 

Tujuh hari lagi tamu itu akan datang dan hadir, tamu itu akan mengetuk setiap pintu kehidupan kita, apa yang kita persiapkan dalam tujuh hari ini, menentukan.
Kita bisa memanfaatkan tujuh hari ini, maka insya Allāh Ramadhan kita akan bermakna.
Tetapi jika kita blunder, maka dikhawatirkan kita termasuk ke dalam sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, "Celaka dia, celaka dia, celaka dia."  (bersambung )

Demikian materi menyambut Ramadhan yang disampaikan oleh ust Nuzul Dzikri pada Group BIAS ( bimbinganislam.com ). Bagi yang tidak sempat (baca: suka) baca bisa lihat video di : https://youtu.be/yvJZJnlckCQ
semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Featured Post

MARi berSATU

Sebagai pengawal posting pasca ganti nama, saya ingin menyampaikan tentang persatuan itu yang bagaimana. Alhamdulillah saya temukan artik...